One of the longest parts of Pangrango
Pagi pun tiba dan kami mulai bergegas untuk bergegas
berangkat menuju puncak pangrango. Sebelumnya gw sudah memaparkan rencana
pendakian ini kepada kawan-kawan, ada beberapa opsi entry point dan exit point
yang bisa dilewati, selebihnya tergantung kondisi dilapangan dan takdir allah
yang maha kuasa.
Perjalanan dari kampus
Suasana jalanan kota hujan
Kami mulai bergegas meninggalkan kampus di bilangan Darmaga.
Dalam perjalanan ini kami memilih menggunakan transportasi umum, karena jalur
kami naik dan turun akan berbeda. Singkat cerita kami sampailah di pertigaan
cibeureum dan kami mulai berpindah menuju angkutan pedesaan. Terlihat jalanan
cukup ramai karena hari ini adalah weekend dimana tempat yang kami lewati
berdekatan dengan salah satu tempat wisata binatang yang cukup familiar di
kawasan puncak.
Beristirahat di perkebunan teh
Hutan di entry point
Pangrango dari perkebunan teh
Sampailah kami di tempat pemberhentian terakhir. Kami melanjutkan
perjalanan dengan berjalan kami sekitar 2km menuju pintu hutan. Sepanjang jalan
yang kami lewati mulai menanjak melewati pemukiman dan perkebunan warga sampai
akhirnya kami sampai dipintu hutan. Perjalanan setelah masuk hutan masih
tergolong landai, setelah berjalan sekitar 1,5 km kami tiba di salah satu hulu
sungai yang mana disini pula ada beberapa persimpangan jalur. Kami pun
istirahat solat terlebih dahulu.
Persimpangan sungai
Menaiki punggungan
Kami pun melanjutkan perjalanan, disinilah tantangan yang
sebenarnya, jalur mulai menanjak dimana kami harus menaiki punggungan dari
lembahan sungai, cukup menguras tenaga memang. Setelah menaiki punggungan kami
dipertemukan kembali dengan percabangan, kami menggunakan jalur sesuai dengan
plotingan awal.
Langkah kaki terus melangkah, selama perjalanan kami hanya
bertemu dengan warga sekitar yang sedang berburu burung. Kami terus mengikuti
punggungan yang telah kami rencanakan. Biasanya kalau musim penghujan dari
jalur sini bisa melihat beberapa air terjun, namun karena pada saat itu musim
kemarau air terjun tersebut tak terlihat.
Jalur yang dilewati terus menanjak, karena punggungan yang
kami lewati bertemu dengan punggungan sebelahnya, hingga kami sudah mencapai
ketinggian 2000 mpdl dan di sebrang sana terlihat puncak geger bentang yang
bergitu menggoda untuk dijajal. Kami pun terus berjalan, hingga mentari mulai
berhenti menyinari kami. Headlamp pun mulai kami keluarkan, suara alam
bersautan dan angin dingin di malam hari khas pegunungan terus menemani kami.
Perjalanan di malam hari memang melelahkan, dan kamipun
bertemu dengan jalur yang mengharuskan memanjat tebing dengan berharap akar dan
batang yang kami pegang tidak lepas. Jalur ini sama seperti yang pernah saya
posting di blog ini. setelah usai memanjat punggungan ini jalur mulai bergabung
dengan punggungan sebelah kanan. Ini merupakan punggungan terakhir sebelum kami
tiba di persimpangan tempat kami akan bermalam.
Camp di malam hari
Setelah cukup lama berjalan dengan jalur yang samar-samar
karena perjalanan di malam hari, kami pun sampai di persimpangan tempat kami
bermalam. Kami pun langsung menggelar tenda dan mulai mengeluarkan alat perang
untukmenunaikan permintaan perut yang sudah keroncongan. Setelah perut terisi
kami pun berbincang sambil menikmati malam yang dingin ini hingga satu per satu
mulai tidur dan hanya gw yang masih terjaga dimalam itu. Mengingat esok hari
akan melakukan perjalanan yang cukup panjang gw pun ikut beristirahat.
Kota sukabumi yang tertutup awan
Gunung Salak di kejauhan (samar-samar)
Suara burung bersautan dan mentari pagi mulai menyinari pagi
itu, terlihat kota sukabumi yang berselimut awan dan gunung salak terlihat
jelas dikejauhan sana. Alhamdulillah cuaca hari itu cukup cerah. Setelah mengisi
perut, kami pun mulai berbenah dan mulai melanjutkan perjalanan. Kami harus
menuruni punggungan terlebih dahulu sebelum akhirnya kami harus menanjaki leher
pangrango yang begitu tegak menjulang.
Berdiri di batang pohon di leher pangrango
Mandalawangi
Pemandangan yang cukup indah menemani
kami selama menaiki leher pangrango ini, hingga akhirnya kami sampai di
mandalawangi, indah sekali....
Suasana diatas sini cukup ramai, mengingat ini adalah
weekend dan banyak orang yang ingin menghabiskan waktu dengan mendaki gunung. Kami
pun ngopi-ngopi santai diatas sini sambil menikmati pemandangan.
View gunung gede dari puncak pangrango
Setelah cukup
beristirahat kami pun melanjutkan ke puncak pangrango, suasana di puncak
pangrango pun cukup ramai dan kami pun melanjutkan perjalanan turun.
Kami melalui punggungan di sebelah barat daya untuk
melanjutkan perjalanan turun. Terlihat punggungan jalur yang akan kami lewati. Kami
pun terus menuruni leher pangrango ini hingga akhirnya kami pun keluar dari
jalur yang seharusnya kami lalui karena keasikan menuruni leher pangrango. Kami
pun mulai bergerak sedikit menanjak ke selatan agar bertemu dengan jalur yang
sudah kami rencanakan.
Pangrango dari puncak masigit
Setelah sampai di punggungan yang akan kami lalui, kami pun
mulai tancap gas. Jalur yang kami lalui mengharuskan kami menaiki dan menuruni
pegunungan disekitar puncak masigit. Dari sini kami dapat melihat landscape
yang berbeda dari tnggp, dimana kami bisa melihat lembah ciheulang, pegunungan
pasir pangrango, puncak pangrango, puncak gede, suryakencana, hingga puncak
gemuruh. Kami pun terus berjalan hingga tiba pada ujung pegunungan sebelum kami
berbelok untuk turun.
Dari sini kami bisa melihat dengan jelas kota sukabumi dan
danau situ gunung dikejauhan. Jalur yang kami lalui terus menurun dengan curam
yang terlihat tidak ada ujungnya. Kedua kawanku terlihat mulai frustasi dengan
jalur yang dilalui. Tampaknya mereka menyesali dengan plotingan jalur yang gw
inginkan, namun harus bagaimana lagi jalur yang dilalui harus diselesaikan.
Jalur yang dilalui cukup membosankan, hanya turun yang tidak
terlihat ujungnya yang kami lewati. Yang membuat semangat kawan-kawan semakin
menurun, gw pun tidak bisa berbuat banyak selain menikmati perjalanan ini.
mentari terlihat mulai kembali meninggalkan kami dan headlamp pun kembali kami
gunakan. Semangat dan tenaga kembali diuji, dimana hanya sisa-sisa yang ada. Dalam
pikiran hanya terpikir harus berjalan sampai kapan(?) jika mengharuskan
bermalam di jalurpun stok makanan dan air kami sudah habis. Ya beginilah...
kami harus bersabar menemukan exit point yang entah kapan akan ditemui.
Hingga akhirnya turunan tidak securam sebelumnya, kamipun
mulai mempercepat langkah kaki dengan tenaga yang masih tersisa. Entah apa yang
ada dipikiran masing-masing, yang pasti kami harus menyelesaikan jalur ini
dengan selamat.
Dikejauhan mulai terlihat lampu-lampu pemukiman, kami pun
terus melanjutkan perjalanan. Langkah kaki menjadi semakin cepat mungkin semua
ingin segera menyelesaikan perjalanan ini. seperti biasa dimalam hari saya
berapa diposisi paling belakang, ya beginilah perjalanan di malam hari. Aura negatif
selalu muncul dibenak kami dan saya lebih baik paling belakang agar kawan-kawan
didepan dapat terpantau, kondisi dibelakang saya bagaimana? Ya itumah hanya
sugesti, gw pasrahkan kepada yang maha pencipta.
Jalan pun menjadi turunan landai, dan lampu pemukiman
semakin dekat. Terlihat lampu kuning memanjang, itu adalah lampu yang menerangi
jembatan gantung terlebar dan terbesar di Indonesia.
Hingga akhirnya kamipun sampai di salah satu kawasan wisata
yang cukup familiar di daerah sukabumi, yang dimana disana terkenal dengan
wisata alamnya, terlebih sekarang ada jembatan gantung terpanjang di Indonesia.
Kami pun terus berjalan hingga kami sampai pada pemukiman warga dan kami
beristirahat dahulu di sebuah warung. Sungguh perjalanan panjang yang sangat
melelahkan, beruntung kami masih bisa menyelesaikan dengan selamat. Terima kasih
ya allah...
Namun perjalanan belum usai. Dikarenakan waktu sudah malam
hari, angkutan pedesaan pun sudah tidak ada, kami pun berfikir untuk bermalam
disebuah warung, namun setelah berunding sayang juga disisa waktu jika
bermalam, lebih baik malam ini kami sampai ke kampus. Kami pun memutuskan untuk
berjalan kaki sejauh 9km menuju perkotaan. Dengan tenaga yang tersisa terasa
sangat melelahkan.
Hingga kamipun sampai di cisaat, kami pun mengisi perut di
emperan jalan sambil menikmati malam dan berbincang mengenai perjalanan ini.
setelah perut terisi, kami pun menaiki angkutan umum menuju kota hujan
tercinta...
Trackingan jalur yang kami lalui
Komentar
Posting Komentar