One of the longest parts of Pangrango




Malam yang indah di kota hujan ini. kawan-kawan mulai berdatangan menuju sekretariat karena kami bersiap untuk melakukan pendakian esok hari. Pendakian ini sudah direncanakan jauh-jauh hari tapi pada hari H hanya 3 orang yang ikut, suatu hal yang biasa dan sering gw alami, hahahaha... biar lah, semakin banyak orang pun malah semakin lama berjalan (biasanya).

Pagi pun tiba dan kami mulai bergegas untuk bergegas berangkat menuju puncak pangrango. Sebelumnya gw sudah memaparkan rencana pendakian ini kepada kawan-kawan, ada beberapa opsi entry point dan exit point yang bisa dilewati, selebihnya tergantung kondisi dilapangan dan takdir allah yang maha kuasa.

Perjalanan dari kampus 

Suasana jalanan kota hujan

Kami mulai bergegas meninggalkan kampus di bilangan Darmaga. Dalam perjalanan ini kami memilih menggunakan transportasi umum, karena jalur kami naik dan turun akan berbeda. Singkat cerita kami sampailah di pertigaan cibeureum dan kami mulai berpindah menuju angkutan pedesaan. Terlihat jalanan cukup ramai karena hari ini adalah weekend dimana tempat yang kami lewati berdekatan dengan salah satu tempat wisata binatang yang cukup familiar di kawasan puncak.

Beristirahat di perkebunan teh

Hutan di entry point

Pangrango dari perkebunan teh

Sampailah kami di tempat pemberhentian terakhir. Kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kami sekitar 2km menuju pintu hutan. Sepanjang jalan yang kami lewati mulai menanjak melewati pemukiman dan perkebunan warga sampai akhirnya kami sampai dipintu hutan. Perjalanan setelah masuk hutan masih tergolong landai, setelah berjalan sekitar 1,5 km kami tiba di salah satu hulu sungai yang mana disini pula ada beberapa persimpangan jalur. Kami pun istirahat solat terlebih dahulu.

Persimpangan sungai

Menaiki punggungan

Kami pun melanjutkan perjalanan, disinilah tantangan yang sebenarnya, jalur mulai menanjak dimana kami harus menaiki punggungan dari lembahan sungai, cukup menguras tenaga memang. Setelah menaiki punggungan kami dipertemukan kembali dengan percabangan, kami menggunakan jalur sesuai dengan plotingan awal.

Langkah kaki terus melangkah, selama perjalanan kami hanya bertemu dengan warga sekitar yang sedang berburu burung. Kami terus mengikuti punggungan yang telah kami rencanakan. Biasanya kalau musim penghujan dari jalur sini bisa melihat beberapa air terjun, namun karena pada saat itu musim kemarau air terjun tersebut tak terlihat.

Jalur yang dilewati terus menanjak, karena punggungan yang kami lewati bertemu dengan punggungan sebelahnya, hingga kami sudah mencapai ketinggian 2000 mpdl dan di sebrang sana terlihat puncak geger bentang yang bergitu menggoda untuk dijajal. Kami pun terus berjalan, hingga mentari mulai berhenti menyinari kami. Headlamp pun mulai kami keluarkan, suara alam bersautan dan angin dingin di malam hari khas pegunungan terus menemani kami.

Perjalanan di malam hari memang melelahkan, dan kamipun bertemu dengan jalur yang mengharuskan memanjat tebing dengan berharap akar dan batang yang kami pegang tidak lepas. Jalur ini sama seperti yang pernah saya posting di blog ini. setelah usai memanjat punggungan ini jalur mulai bergabung dengan punggungan sebelah kanan. Ini merupakan punggungan terakhir sebelum kami tiba di persimpangan tempat kami akan bermalam.

Camp di malam hari

Setelah cukup lama berjalan dengan jalur yang samar-samar karena perjalanan di malam hari, kami pun sampai di persimpangan tempat kami bermalam. Kami pun langsung menggelar tenda dan mulai mengeluarkan alat perang untukmenunaikan permintaan perut yang sudah keroncongan. Setelah perut terisi kami pun berbincang sambil menikmati malam yang dingin ini hingga satu per satu mulai tidur dan hanya gw yang masih terjaga dimalam itu. Mengingat esok hari akan melakukan perjalanan yang cukup panjang gw pun ikut beristirahat.

Kota sukabumi yang tertutup awan 

Gunung Salak di kejauhan (samar-samar)

Suara burung bersautan dan mentari pagi mulai menyinari pagi itu, terlihat kota sukabumi yang berselimut awan dan gunung salak terlihat jelas dikejauhan sana. Alhamdulillah cuaca hari itu cukup cerah. Setelah mengisi perut, kami pun mulai berbenah dan mulai melanjutkan perjalanan. Kami harus menuruni punggungan terlebih dahulu sebelum akhirnya kami harus menanjaki leher pangrango yang begitu tegak menjulang. 

Berdiri di batang pohon di leher pangrango

Mandalawangi

Pemandangan yang cukup indah menemani kami selama menaiki leher pangrango ini, hingga akhirnya kami sampai di mandalawangi, indah sekali....
Suasana diatas sini cukup ramai, mengingat ini adalah weekend dan banyak orang yang ingin menghabiskan waktu dengan mendaki gunung. Kami pun ngopi-ngopi santai diatas sini sambil menikmati pemandangan. 

 View gunung gede dari puncak pangrango

Setelah cukup beristirahat kami pun melanjutkan ke puncak pangrango, suasana di puncak pangrango pun cukup ramai dan kami pun melanjutkan perjalanan turun.

Kami melalui punggungan di sebelah barat daya untuk melanjutkan perjalanan turun. Terlihat punggungan jalur yang akan kami lewati. Kami pun terus menuruni leher pangrango ini hingga akhirnya kami pun keluar dari jalur yang seharusnya kami lalui karena keasikan menuruni leher pangrango. Kami pun mulai bergerak sedikit menanjak ke selatan agar bertemu dengan jalur yang sudah kami rencanakan.

Pangrango dari puncak masigit

Setelah sampai di punggungan yang akan kami lalui, kami pun mulai tancap gas. Jalur yang kami lalui mengharuskan kami menaiki dan menuruni pegunungan disekitar puncak masigit. Dari sini kami dapat melihat landscape yang berbeda dari tnggp, dimana kami bisa melihat lembah ciheulang, pegunungan pasir pangrango, puncak pangrango, puncak gede, suryakencana, hingga puncak gemuruh. Kami pun terus berjalan hingga tiba pada ujung pegunungan sebelum kami berbelok untuk turun.

Dari sini kami bisa melihat dengan jelas kota sukabumi dan danau situ gunung dikejauhan. Jalur yang kami lalui terus menurun dengan curam yang terlihat tidak ada ujungnya. Kedua kawanku terlihat mulai frustasi dengan jalur yang dilalui. Tampaknya mereka menyesali dengan plotingan jalur yang gw inginkan, namun harus bagaimana lagi jalur yang dilalui harus diselesaikan.

Jalur yang dilalui cukup membosankan, hanya turun yang tidak terlihat ujungnya yang kami lewati. Yang membuat semangat kawan-kawan semakin menurun, gw pun tidak bisa berbuat banyak selain menikmati perjalanan ini. mentari terlihat mulai kembali meninggalkan kami dan headlamp pun kembali kami gunakan. Semangat dan tenaga kembali diuji, dimana hanya sisa-sisa yang ada. Dalam pikiran hanya terpikir harus berjalan sampai kapan(?) jika mengharuskan bermalam di jalurpun stok makanan dan air kami sudah habis. Ya beginilah... kami harus bersabar menemukan exit point yang entah kapan akan ditemui.

Hingga akhirnya turunan tidak securam sebelumnya, kamipun mulai mempercepat langkah kaki dengan tenaga yang masih tersisa. Entah apa yang ada dipikiran masing-masing, yang pasti kami harus menyelesaikan jalur ini dengan selamat.

Dikejauhan mulai terlihat lampu-lampu pemukiman, kami pun terus melanjutkan perjalanan. Langkah kaki menjadi semakin cepat mungkin semua ingin segera menyelesaikan perjalanan ini. seperti biasa dimalam hari saya berapa diposisi paling belakang, ya beginilah perjalanan di malam hari. Aura negatif selalu muncul dibenak kami dan saya lebih baik paling belakang agar kawan-kawan didepan dapat terpantau, kondisi dibelakang saya bagaimana? Ya itumah hanya sugesti, gw pasrahkan kepada yang maha pencipta.

Jalan pun menjadi turunan landai, dan lampu pemukiman semakin dekat. Terlihat lampu kuning memanjang, itu adalah lampu yang menerangi jembatan gantung terlebar dan terbesar di Indonesia.

Hingga akhirnya kamipun sampai di salah satu kawasan wisata yang cukup familiar di daerah sukabumi, yang dimana disana terkenal dengan wisata alamnya, terlebih sekarang ada jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Kami pun terus berjalan hingga kami sampai pada pemukiman warga dan kami beristirahat dahulu di sebuah warung. Sungguh perjalanan panjang yang sangat melelahkan, beruntung kami masih bisa menyelesaikan dengan selamat. Terima kasih ya allah...

Namun perjalanan belum usai. Dikarenakan waktu sudah malam hari, angkutan pedesaan pun sudah tidak ada, kami pun berfikir untuk bermalam disebuah warung, namun setelah berunding sayang juga disisa waktu jika bermalam, lebih baik malam ini kami sampai ke kampus. Kami pun memutuskan untuk berjalan kaki sejauh 9km menuju perkotaan. Dengan tenaga yang tersisa terasa sangat melelahkan.

Hingga kamipun sampai di cisaat, kami pun mengisi perut di emperan jalan sambil menikmati malam dan berbincang mengenai perjalanan ini. setelah perut terisi, kami pun menaiki angkutan umum menuju kota hujan tercinta...

Trackingan jalur yang kami lalui

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Goes to 3428 MDPL

Pangrango dan Geger Bentang

Menyusuri Puncak Salak 1-3-impressa-5-4.